Kamis, 08 Desember 2011

Pasukan Marsose Belanda di Perang Aceh

2
Bermula dari Pemerintah Kolonial yang begitu pusing menghadapi para pemberontak Nusantara. Juga Perang Aceh yang makan banyak biaya. Banyaknya korban dikalangan KNIL dalam menghadapi gerilyawan pribumi yang hanya bersenjata parang dan minim senjata api itu, maka pemerintah kolonial mencari cara mengalahkan para pemberonak.

Lalu munculah sebuah gagasan membentuk pasukan khusus yang efektif menghadapi gerilyawan. Pasukan yang beradaptasi dengan gaya perang kaum gerilyawan. Jadilah sebuah pasukan antigerilya. Jangan heran bila dalam Marsose penggunaan senjata api sangatlah minim. Prajurit Marsose lebih sering menggunakan klewang daripada karaben atau senjata api yang mereka bawa.

Sepertihalnya gerilyawan, pasukan Marsose tidak memerlukan logistik yang terlalu banyak seperti pasukan biasa. Marsose selalu hampir memasuki hutan untuk mencari para gerilyawan dan sebisa mungkin menangkap pemimpinnya—perburuan itu dilakukan selama berhari-hari.

Keberhasilan Marsose menjadi kebanggan tersendiri bagi sebagian kalangan termasuk militer Belanda—disamping kesadisannya yang juga dibenci dan membuat ngeri sebagian orang-rang Belanda sendiri. Bagaimanapun juga, pasukan ini memiliki legenda tersendiri di nusantara.

Pasukan ini dibentuk pada tanggal 20 April 1890—digolongkan oleh beberapa kalangan sebagai pasukan komando modern. Menurut Paul van’t Veer, Marsose dibentuk atas prakarsa dari Teuku Muhamad Arif, seorang Jaksa Kepala di Kutaraja, Aceh. Pastinya Teuku Muhamad Arif adalah orang Indonesia yang pro Belanda setelah pendudukan Belanda di Aceh dimulai. Dia memberi nasehat kepada Gubernur Militer Belanda di Aceh, Jenderal van Teijn juga Kepala Staf-nya J.B. van Heutsz, untuk membentuk sebuah unit-unit tempur kecil infanteri yang memiliki mobilitas tinggi. Pasukan ini tentunya pasukan anti gerilya. Pembentukan pasukan ini tidaklah sulit, tahun 1889, Komando Tentara Belanda di Aceh sudah menyusun dua detasemen pengawalan mobil yang memiliki kemampuan antigerilya.

Konsep pasukan itu lalu dimatangkan lagi hingga menjadi pasukan Marsose yang akhirnya membuktikan diri sebagai pasukan elit karena beberapa tugas berat yang sulit dilakukan serdadu KNIL biasa berhasil mereka selesaikan. Bagaimana tidak, pasukan ini adalah pasukan pilihan dari berbagai kesatuan KNIL baik pribumi maupun Eropa.

Setiap unit Marsose terdiri dari 20 orang dengan dipimpin seorang sersan Belanda yang dibantu seorang kopral pribumi. Setiap pasukan biasanya terdiri dari satu peleton yang terdiri dari 40 orang dan dipimpin seorang Letnan Belanda. Secara keseluruhan, korps Marsose terdiri dari 1.200 orang—dari berbagai bangsa. Pasukan ini, selain dipersenjatai karaben, juga dipersenjatai dengan senjata tradisional seperti klewang, rencong dan sebagainya.

Kata Marsose berasal dari kata marechaussée yang sebenarnya memiliki akar sejarah cukup panjang. Tahun 1370, dikota Paris terdapat sebuah otoritas hokum bernama Tribunal of Constables and Marshals of France. Constables dan Marshals ini lalu menjadi Gendermarie, yang menjadi kekuatan kepolisian di Belanda dan Belgia. sebuah unit kepolisian yang berakar pada masa pendudukan Perancis di Belanda. Berdasar dekrit Republik Bataaf, bentukan Perancis, dibentuklah sebuah unit kepolisian ini pada tanggal 4 Februari 1863 dengan nama marechaussée. Hal ini tidak langsung ditanggapi oleh otoritas Belanda. Tahun 1805, barulah terbentuk satu unit Gendermarie. Ketika wangsa Oranje berkuasa di Negeri Belanda, setelah Republik Bataaf tersingkir, berdasar dekrit nomor 48 tanggal 26 Oktober 1814 Marechaussée terbentuk.

Di Hindia Belanda, Marsose adalah pasukan gerak cepat dengan seragam hijau dengan tanda garis bengkok warna merah pada lengan dan leher terdapat gari merah. Dalam tugasnya, mereka dibekali senjata khas penduduk setempat, semacam klewang. Mereka memakai bedil dengan ukuran yang lebih pendek dari bedil biasa, karaben. Mereka tidak tergantung pada angkutan militer dan biasa berjalan kaki. Mereka tidak bergantung pada jalur suplai logistik.

Keberadaan Marsose di Hindia Belanda lebih berkembang sebagai pasukan tempur handal daripada pasukan polisi bersenjata seperti pendahulunya, Marechaussée, di Eropa barat. Kesamaannya di Eropa atau di Hindia Belanda, keduanya sama diseganinya. Ketika Perang Dunia II berlangsung, Marsose ikut membantu Angkatan Perang Belanda. Pasukan ini berhasil menewaskan Sisingamangaraja XII di Sumatra utara.

Marsose terdiri orang-orang Belanda, Perancis, Swiss, Belgia, Afrika, Ambon, Ambon, Menado, Jawa, juga beberapa orang Nias dan Timor. Selain karaben—senapan modern berukuran pendek—mereka juga membawa klewang dalam front Aceh dan Batak. Hal ini sangat berguna dalam perang jarak dekat, man to man, seperti yang dilakukan para gerilyawan pribumi. Marsose berusaha mengikuti gaya berperang ini karena gerilya kaum gerilyawan begitu efektif menggempur KNIL yang biasa menang dalam front besar namun repot ketiuka diserang mendadak. Pasukan ini tentunya terlatih dalam peperangan di hutan menghadapi serangan gerilyawan.

Marsose bukan pasukan tempur biasa seperti yang berkembang pada pergantian abad XIX ke XX. Marsose tidak seperti KNIL, mereka memiliki karakter sendiri dalam bertempur. Mereka tidak terlalu mengandalkan senjata api, melainkan klewang mereka untuk mengahabisi lawannya dalam jarak dekat. Marsose lebih terlihat seperti jawara dibanding tentara reguler pada umumnya. Senjata api tetap mereka pegang dan akan digunakan bila keadaan terpaksa.

Kapten Hans

Hans Christofell adalah orang yang memimpin pengejaran yang menewaskan Sisingamangaraja XII dengan bantuan prajurit Belanda dari Senegal yang sangat ahli berburu. Setelah mereka menewaskan Sisingamangaraja XII, dipedalaman Sumatra Utara, Piso Gaja Dompak, pedang pusaka yang biasa dibawa bertempur oleh Sisingamangaraja XII lalu diserahkan ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai bukti Sisingamangaraja XII tewas ditembak seorang serdadu, asal Alfuru bernama Hamisi.

Selama Pemberontakan PKI 1926-1927 yang gagal, disamping polisi, KNIL juga ikut melakukan penumpasan. Penumpasan pemberontakan PKI di Padang dan Silungkang , Sumatra Barat, beberapa brigade Marsose pimpinan Mayor (KNIL) W.V. Rhemrev, melakukan penyiksaan sadis pada kaum pemeberontak komunis. Terjadi penjagalan dalam usaha meredam pemberontakan kaum komunis itu. Tubuh korban dirusak, kepala korban ditusuk dengan tongkat lalu diarak keliling kampung. Tujuannya tidak lain untuk menebar teror di kalangan penduduk biasa. Berita kesadisan Marsose itu terdengar sampai di Eropa tanpa dapat disangkal.

Marsose, dalam banyak catatan, lebih banyak melakukan tugasnya sebagai pasukan kontra-gerilya di Aceh dan Tanah Batak. Dua daerah itu sangatlah sulit dikuasai pemerintah kolonial hingga awal abad XX. Marsose dalam jumlah besar dibutuhkan disana untuk waktu tugas yang lama. Bahkan setelah perang melawan orang-orang Batak di Pedalaman Sumatra dan Aceh itu berakhir, perlawanan kecil kadang masih terjadi. Seperti dialami bekas komandan Marsose, Letnan Kolonel W.B.J.A Scheepens, yang tertusuk rencong orang Aceh.

Marsose sebenarnya tidak hanya ditugaskan di dua daerah itu, tapi juga dibeberapa tempat seperti di kepulauan Nusa Tenggara juga Sulawesi—walau dengan personil yang tidak terlalu banyak. Cerita kekejamana pasukan Marsose lebih banyak didengar di Aceh saja dan tanah Gayo saja.

Kolone Macan

Kehadiran Marsose sebagai pasukan khusus yang sedemikian handal itu, rupanya masih dirasa belum cukup oleh petinggi militer Belanda. Perwira-pwerwira Belanda itumembentuk lagi sebuah unit didalam pasukan Marsose bernama Kolone Macan. Seperti halnya Marsose, Kolone Macan juga dipimpin oleh perwira-perwira dari orang-orang Eropa. Salah satunya adalah perwira asal Swiss bernama Hans Christofell. Dia sangat tersohor karena berjasa kepada pemerintah kolonial dalam peperangan di Sumatra bagian utara itu. Dia membentuk pasukan khusus baru lagi, dimana anggotanya adalah anggota-anggota Marsose yang terpilih.
 

Ada perwira Marsose yang lebih tinggi pangkatnya dibanding Christoffel, Kapten Scheepens. Setelah lewati berbagai pertimbangan, pembuat kebijakan militer Belanda sampai pada kesimpulan, pekerjaan algojo yang sadistis tidaklah cocok bagi Scheepens—walaupun Scheepens tergolong orang bersedia mengerjakan tugas militer yang berat sekalipun seperti bertempur berhari-hari dalam hutan. Dimata pembuat kebijakan itu, Christoffel dianggap lebih cocok untuk memimpin sekelompok algojo. Akhirnya Christoffel diberangkatkan ke Cimahi—dimana berdiri sebuah garnisun pasukan Belanda disana. Disini Christoffel berttemu dengan banyak Marsose kawakan dan memiliki pengalaman bertempur di Aceh. Keberadaan mereka di Cimahi adalah dalam rangka istirahat setelah peperangan berat di Aceh selama berbulan-bulan.

Dia menghimpun anggota Marsose yang beringas, jago berkelahi. Pasukan ini dinamakan Kolone Macan. Pasukan ini dilatih oleh Christoffel di Garnisun Cimahi. Pakaian mereka berwarna hijau kelabu yang kerah bajunya terdapat dua lambing jari berdarah. Tentu saja ikat leher warna merah agar nampak lebih lebih menyeramkan. Mereka dikenal sebagai pasukan yang menyeramkan dengan julukan ‘pembunuh berdarah dingin’.

Setelah beristirahat dalam waktu yang lama, para Marsose itu merasa ingin kembali berperang di Aceh lagi. Dunia Marsose jelas bukan dunia tangsi yang damai, dunia mereka adalah peperangan dalam hutan, seperti di Aceh. Selama di tangsi Cimahai yang damai itu, para Marsose itu juga diberikan teori peperangan, namun hal itu kurang direspon pleh marsose yang berpendidikan rendah. Mereka tidak butuh teori dalam peperangan, melainkan pertempuran. Wajar bila teori perang itu tidak sekalipun dicerna prajurit Marsose. Mereka lebih tahu dan senang bertempur. Rutinitas lain yang mereka benci di tangsi adalah beberapa kali dalam sehari harus apel. Latihan marsose bukanlah menembakan senapan, melainkan memainkan klewang.

Di Cimahi, Christoffel mengamboil beberapa komandan brigade—yang biasanya berpangkat sersan—terbaik Marsose. Mereka yang bosan hidup di garnisun jelas menjadi prioritasnya. Pasukan ini terdari dari 12 brigade marsose yang sudah dilatih lagi di Cimahi. Betapa terlatihnya mereka sekarang. Barisan depan pasukan Kolene Macan adalah para Marsose jejaka. Jelas mereka bisa lebih leluasa bertempur karena tidak akan memikirkan anak istrinya.

Cara kerja pasukan ini lebih kejam dari Marsose sebelumnya. Mereka melakukan eksekusi ditempat. Hal ini tergolong gila, seperti yang dirasakan salah seorang komandan Marsose Schriwanek. Walau dia tergolong kasar, namun dia melihat cara kerja Kolone Macan, dirasa oleh perwira itu, benar-benar keterlaluan ketika melakukan Sweeping. Mereka membersihkan gerakan gerilyawan perlawanan rakyat dengan kejam sejak dari dataran rendah. Mereka lakukan kerja mereka dengan singkat dan tuntas.

Reaksi keras atas cara kerja Kolone Macan muncul juga dari kalangan militer Belanda sendiri. Peperangan yang mereka jalankan di Aceh terbilang keterlaluan. Reaksi ini datang dari perwira Belanda yang bukan berlatar belakang dari tentara bayaran. Akhirnya komando atas daerah Aceh dirubah dari van Daalen kepada Swart. Karena hal pergantian komando itu, cara kejam Kolone Macan perlahan dihilangkan. Pasukan yang pernaha dilatih dan dipimpin oleh Christoffel itu kemudian beralih komando pada van der Vlerk. Komandan baru ini, seperti tuntutan sebagian perwira Belanda yang benci kebengisan van Daalen dan Christoffel, mulai merubah sifat pasukan Kolone Macan. Pasukan ini lama-lama menghilang dan hanya menjadi Marsose biasa.

Kolone Macan adalah bagian terkejam dari korps bernama Marsose dan hanya terjun di front Aceh saja. Pemerintah Kolonial rupanya tidak menginginkan adalah sepasukan algojo terorganisir, bagi pemerintah kolonal, cukup hanya marsose saja pasukan terkejam yang mereka miliki. Bagaimanapun perlawanan terhadap kebijakan kolonial tidak bisa ditebak kapan terjadinya dan inilah alasan mengapa Marsose terus dipertahankan walaupun perannya semakin meredup sinarnya. Marsose tidak terdengar kehebatannya lagi ketika Jepang mendarat di Indonesia. akhir sejarahnya mungkin saat perang Aceh saja lalun hilang adan tanpa terlihat taringnya yang tajam seperti pada Perang Aceh.

Cerita-cerita Marsose Pribumi

Walau, Marsose pasukan elit, bukan berarti pasukan ini hanya terdiri orang Belanda maupun Eropa lain. Banyak orang pribumi yang menjadi anggota Marsose. Orang pribumi bahkan bisa menjadi Marsose yang baik dibanding orang-orang Eropa yang menjadi serdadu KNIL umumnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan iklim tropis. Banyak diantara Marsose adalah orang-orang dengan kemampuan seperti jawara yang ada di Banten yang ahli dalam berkelahi.

Satu dari banyak anggota Marsose pribumi yang cukup diakui jasanya adalah W.C. Ferdinandus. W.C. Ferdinandus adalah pemuda kelahiran 19 Februari 1883 di Haruku, Saparua. Seperti banyak pemuda disana yang ingin bertualang sebagai serdadu KNIL, Ferdinandus pada tanggal 1 Maret 1906 mendaftarkan diri sebagai KNIL di Ambon—teeken soldadu istalahnya pada waktu itu.

Pagi hari tanggal 12 Desember 1908 di Dondo—sebuah daerah di Nusa tenggara Barat sekarang ini—sekelompok Marsose bergerak. Salah satu dari mereka adalah W.C. Ferdinandus bergerak dibawah komando dari Letnan Satu de Vries untuk menyerang markas pemberontak di pantai utara. Marie Langa, pimpinan pemberontak itu membangun kubu pertahanan didekat Watoe Ngere. W.C. Ferdinandus adalah salah satu dari sekian banyak pasukan dari Letnan Satu De Vries. Pasukan yang dipimpin De Vries itu terdiri dari tiga brigade Marsose dengan kekuatan 50 karaben. Dan sekelompok strapan yang terdiri dari tiga puluh orang.

Pasukan beserta strapannya itu berangkat ke Nio Panda, mereka tiba pukul 2 sore. Mereka beristirahat, sebelum bergerak pada pukul 22.00 malam. Malam itu, De Vries, memimpin pasukannya mengintai benteng musuh itu dari atas. Dalam kegelapan malam mereka bergerak. Mereka melintasi jalan yang berat dan terjal. Mereka mencapai daerah tujuan mereka denganm susah payah dan dari jauh mengintai lawan mereka dalam kegelapan malam itu.

Pada pukul 8 pagi, 12 Desember 1908, Letnan Satu de Vries membagi tiga pasukannya, satu pasukan dibawah sersan van Rijen, satu pasukan dibawah pimpinan sersan Ambon dan satu pasukan lagi dibawah pimpinan Kopral Katuuk. Ketiga pasukan itu bergerak mengelilingi benteng diam-diam. W.C. Ferdinandus adalah Marsose pertama yang menaiki benteng. Didalam benteng, W.C. Ferdinandus dan penyerang lain berhasil menembak tiga musuh dalam benteng dan membuat gerilyawan lain melarikan diri ke utara, sementara itu di utara sudah menunggu pasukan pimpinan Kopral Katuuk. Akhir dari serangan itu adalah, beberapa musuh melarikan diri dan benteng direbut. Majalah Trompet juga pernah menampilkan profil salah prajurit marsose lain, salah satunya dalah Robert Talumewo. Pemuda dari Langoan kelahiran 11 September 1882 dan teeken soldadu pada 6 Agustus 1904 di Manado. Karena keberaniannya ketika menjadi serdadu reguler biasa di KNIL, dia akhirnya dimutasikan ke Marsose.
 

Ada Marsose Jawa bernama Redjakrama. Pemuda kelahiran Kedungwaru, Bagelen—Kabupaten Purworejo sekarang—tahun 1867. Diusianya yang ke-18, tahun 1885 dia teeken soldadu di Gombong. Setehun kemudian Redjakrama dikirim ke Aceh untuk pertama kalinya. Tahun 1887 Redjakrama ditempatkan di Sulawesi. Tanggal 21 Desember 1888, Redjakrama resmi menjadi kopral dan 2 Oktober 1890 sudah menjadi seorang sersan. Sebuah prestasi hebat untuk seorang pemuda kampung yang tidak terpelajar macam dirinya. Pada 2 Oktober 1901, Redjakrama dimutasikan ke Marsose. Sebagai Marsose Redjakrama telah menunjukan keberaniannya—seperti yang dimuat dalam majalah Trompet. Pada 26 Juni 1904, Sersan Redjakrama ditugaskan di daerah Beureuleueng, Pidie—Nangroe Aceh Darussalam sekarang.

“Sementara berkelahi ini, maka satu bahagian dari kumpulan musuh darai Pang Andah tahan sekuat-kuatnya didalam dua rumah dari sini mereka pasang pada Marsose. Cuma dengan pendek saja, pasangan dari musuh dibalas oleh Marsose, lantas Marsose tarik jatuh dinding dari kedua rumah. Ini pekerjaan dikerjakan oleh brigade, dimana terdapat sesan Redjakrama yang telah enam bulan lamanya pegang komando dari brigade ini yang telah menunjuk gagah beraninya. Ini onderofficer biasa terdapat ditempat-tempat yang ada dan sikapnya ada satu contoh yang bagus buat soldadu-soldadu. Yang perlu sabar dan tiada hilang otak sehat, sebab brigade terdiri dihadapan musuh yang tahan dengan sekuat-kuatnya dirumah-rumah dimana seperti dekking, musuh memakai karung-karung dengan beras. Contoh yang gagah berani dari sesan Redjakrama yang pertama kali masuk rumah, ada sebegitu rupa sehingga dituruti oleh brigade, yang bikin kalah musuh dan sesungguh-sungguhnya.”

Cerita keberanian yang juga dimuat di Majalah Trompet adalah Simon Leiwakabessy. Ia pensiunan kopral yang tinggal di Ambon. Leiwakabessy lahir di Tial, Ambon pada 25 Januari 1870 dan teeken soldadu di Ambon pada 8 Maret 1894. sebelum ditempatkan di Marsose, Leiwakabessy termasuk anggota pasukan dari Batalyon 3 yang beberapa kali pindah tugas dibeberapa tempat di Indonesia.

“Overvalling musuh disebelah selatan dari Cot Bamboton (Troeseb Pidie) pada tanggal 24 Agustus 1903. Agar supaya menyemu musuh, maka keluarlah Letnan Darlang pada tanggal 24 Agustus jam 3 pagi dari Didok dengan satu brigade ke selatan dari Troeseb yang terdapat di terrain yang berbukit-bukit. Yang lain brigadenya mendapat opdract pada jam 7 pagi marsch ke lapang, disebelah dari kaki utara dari bukit-bukit dan disana diajak musuh dengan vurren yang biasa dari pihak itu mereka pasang pada compagnie. Waktu pagi hari, maka Letnan Darlang 2 orang Aceh Aceh disatu cot boleh jadi ini 2 orang ada Wachtpost dari musuh. Dengan tiada diketahui oleh musuh, maka brigadenya Letnan Darlang di itu bukit dan dengan ati-ati naik keatas. Sampai dekat diatasnya bukit, maka kelihatan 10 orang Aceh, yang ada tidur ditanah. Tempo satu dari diantara musuh bangun dan berdiri dan tunggu lama tiadalah baik, bertentangan dengan mereka boleh lihat di compagnie maka Darlang dan beberapa Marsose-nya storm pada musuh. Marsose Leiwakabessy yang oleh sebab kurang kader dan juga oleh sebab gagah berani-nya dan cepat biasanya ditunjuk seperti komandan dari spits lari kemuka dengan lewati 2 temannya dan sekonyong-konyong berada ditengah-tengah dari musuh yang lari. 2 orang musuh ditembak mati oleh Leiwakabessy. Tempo Leiwakabessy lihat, bahwa lain-lain musuh lari kebawah, maka dengan beberapa temannya dari spits ia ambil jalan pendek dan potong pas dari musuh. Dengan ini, maka ia tembak lagi 4 orang musuh mati. Oleh sebab gagah beraninya dari Leiwakabessy, maka jatuh didalam tangan kita 6 orang musuh dengan senjata-senjatanya, 3 beamont dan 3 senapan voorlaad.”

Stephanus Melfibossert Anthony pemuda kelahiran 3 Juni 1872 di Ambon dan teeken Soldadu tanggal 27 Agustus 1890 di Ambon. S.M. Anthony terpilih untuk dimasukan ke korps Marsose pada 13 April 1897 lalu terlinbat dalam ekspedisi militer KNIL di beberapa tempat seperti Aceh, Timor juga Sulawesi Selatan. Dia memiliki cerita keberaniannya sebagai seorang Marsose dalam benteng Sala Banga di daerah Mandar, Sulawesi Selatan. Peristiwa oitu terjadi pada 20 Oktober 1914.

“Waktu bestorming benteng tersebut, maka naiklah kopral Anthony, biarpun musuh tahan dengan begitu kuat dan lawan pada compagnie dengan gagah berani stormladder dan biasa pertama dimuka waktu bongkar rintangan-rintangan dimana pekerjaan ini menuntut banyak kekuatan. Sesudahnya dengan banyak susah pekerjaan lamanya satu setengah jam dikerjakan dan satu lubang diborstwering dibikin, maka dengan segera Anthony storm kemuka dengan lagti 3 militairen lain kedalam benteng. Sesudahnya itu ia pasang pada musuh yang dekat padanya, sehingga mereka tiada bisa apa lagi, sehingga troep dibelakang bisa mendapat kesempatan ke borstwering.”

Masih banyak lagi cerita heroik yang menggambarkan keberanian para Marsose pribumi—dimata masyarakat kolonial—yang termuat di majalah Trompet. Marsose-marsose pribumi tadi telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang prajurit yang membela bendera Ratu Belanda. Bagaimanapun, Marsose pribumi adalah bagian penting dalam korps Marsose, dari segi jumlah pastinya lebih banyak dan sebagai prajurit rendahan mereka siap melakukan hal-hal berat yang mungkin saja tidak mau dilakukan oleh perwira maupun bintara Belanda. Sebagai prajurit mereka siap untuk melawan siapa saja yang menajdi musuh ratu Belanda di Hindia Belanda. Mereka tidak takut melawan siapa saja termasuk gerilyawan di Aceh. Perang Aceh dan gerilyawannya yang tidak kenal menyerah adalah bagian terpenting dalam sejarah Marsose selain korps dan anggota Marsose itu sendiri.
 
sumber: http://warofweekly.blogspot.com

Komando Otto Skorzeny

Sebagai pasukan komando rahasia, Resimen Brandenburg yang dibentuk oleh Laksamana Wilhelm Canaris selaku pimpinan Abwehr atau dinas rahasia militer Jerman telah membuktikan keberhasilannya dalam berbagai tugas pada masa awal perang. Sehingga tidak mengherankan apabila keberadaan pasukan istimewa ini menimbulkan keirian, khususnya dari tentara bentukan Hitler, yaitu SS (Schutzstaffel) yang berada di luar organisasi dan struktur tentara reguler Jerman. Pasukan SS yang lebih merupakan pasukan pribadi Hitler ini dipimpin oleh Heinrich Himmler dan merupakan pesaing dari tentara reguler. 

Skorzeny

Pimpinan SS yang fanatik dan paranoid terhadap segala yang tidak disukainya, memandang dengan penuh kecurigaan terhadap Canaris, Abwehr serta Pasukan Komando Brandenburg. Canaris yang diketahui tidak menyukai ideologi Nazi, dianggap musuh dan dicurigai akan berkhianat dengan mendukung berbagai kelompok anti-Nazi di Jerman. Sedangkan Abwehr  dilihat SS sebagai “sarang pengkhianat”, sementara pasukan komando brandenburg dikhawatirkan dapat dijadikan “Kuda Troy” yang dapat dimanfaatkan kelompok anti-Nazi. Karena itu, mereka pun berupaya keras mempengaruhi Hitler agar Brandenburg disisihkan dan SS menggantikannya dengan membentuk pasukan komandonya sendiri.


Dalam kenyataannya, Resimen Brandenburg yang merupakan cikal bakal pasukan komando modern perlahan-lahan memang diubah fungsi dan formatnya, yaitu dikembangkan menjadi divisi tempur konvensional yang kemudian banyak bertugas di Front Timur. Dengan demikian, kekhasannya sebagai satuan komando hilanglah sudah. Bagi SS, ini berarti pucuk dicinta ulam pun tiba.

Sebelumnya, dalam usaha menyaingi Abwehr, pimpinan SS membentuk dinas intelejen sendiri yang disebut SD atau SicherheitDienst dipimpin oleh Reinhard Heydrich yang merumuskan “solusi final” terhadap orang Yahudi. SD dikembangkan menjadi badan keamanan Reich yang paling utama (RHSA) yang membawahi antara lain Gestapo (Geheimstaatspolizei) yang amat ditakuti.

Sejak awal, dinas rahasia militer SS telah ditugaskan dalam berbagai aksi sabotase dan provokasi di Polandia, untuk dijadikan alasan bagi Hitler menginvasi tetangganya. Termasuk di antaranya dengan sengaja mengeksekusi para tahanan kamp konsentrasi yang disuruh berseragam seperti tentara Polandia, agar Nazi punya bukti seolah-olah pasukan Polandia yang memprovokasi sehingga Jerman harus membela diri dan menyerang balik. Setelah Heidrich terbunuh pada tahun 1942 oleh Komando Ceko yang dilatih Inggris, persaingan SS dengan Abwehr bukannya menyurut, tetapi malah semakin tajam karena SS membentuk “pasukan Khusus” di bawah RHSA pimpinan Ernst Kaltenbrunner.

Skorzeny Masuk
Sebuah biro untuk mengurusi pasukan khusus ini dibentuk dan seorang kapten bernama Otto Skorzeny diangkat mengepalai biro. Seperti halnya Hitler, Skorzeny (35) berasal dari Austria. Ia bertubuh tinggi besar, dengan tinggi bada 1,95 m. ia telah lama bergabung dengan Partai Nazi dan menunjukkan jasanya bagi Nazi, tatkala sesudah Jerman melakukan Anschluss terhadap Austria tahun 1938, SKorzeny ikut menggulung kaum oposisi Austria yang menentang pencaplokan negeri mereka oleh Nazi Jerman. Tatkala perang pecah, Skorxeny yang bergabung dengan Divisi Das Reich bertugas di wilayah Balkan dan Rusia. Ia terkenal sebagai perwira pemberani bahkan tergolong nekat.

Pada Desember 1941, Skorzeny terluka di front pertempuran dan dipindahkan sementara ke Divisi SS Leibstandarte untuk tugas ringan. Pada April 1943 ia menjadi kapten Waffen-SS dan ditugaskan ikut membentuk pasukan Komando SS. Sekalipun mendapat rintangan dan tentangan dari Abwehr, SS tetap maju dan SKorzeny memindahkan kegiatannya ke kastil Friedenthal di dekat kota Oranienburg. Di situ ia membentuk Jagdverbande (Grup Pemburu) 502 yang dilatih khusus melakukan operasi sabotase dan subversi. Pasukan khusus SS ini dikenal dengan sebutan Satuan Friedenthal, sesuai nama tempat mereka berlatih. 

Kapten Skorzeny sejak awal memang terkesan sekali dengan satuan komando Inggris, yang setiap kali sejak 1941 disusupkan ke wilayah Eropa yang diduduki Jerman untuk melancarkan sabotase. Ia mengumpulkan berbagai jenis persenjataan komando Inggris yang berhasil dirampas, seperti senapan Sten berperedam, alat peledak dan sebagainya.

Dalam pasukan komando SS, dibentuk pula pasukan payung khusus yang dipimpin langsung oleh SKorzeny. Ia menamakannya Batalyon Payung SS Ke-500. Ia juga meniru apa yang dilakukan oleh Abwehr, dengan melatih satuan khusus untuk dioperasikan di wilayah tertentu dengan memberi pelatihan bahasa dan tradisi lokal, seragam musuh dan sebagainya. Sehingga ada yang dikenal dengan Yon Timur untuk beroperasi di Front Timur, Yon Tenggara di Balkan, Yon Barat dan seterusnya. Untuk melayani  angkatan payung SS, Marsekal Goering menyediakan satu skuadron khusus angkatan udara yang disebut Kampfgeschwader (KG) 200.

Adanya pasukan elit SS ini memang menjadi pembicaraan umum. Namun, nama Skorzeny dan pasukannya barulah terangkat tinggi setelah ia dipilih Hitler untuk suatu tugas istimewa pada 23 Juli 1943. Sehari sebelumnya, diktator fasis Italia, Benito Mussolini dijatuhkan dari kekuasaannya oleh Raja Victor Emmanuel dan ditahan oleh pemerintah baru Italia di tempat yang dirahasiakan. Hitler merasa pemerintahan baru pimpinan Marsekal Badoglio akan mengkhianati Jerman dengan melakukan perdamaian sepihak dengan Sekutu.

Karena itulah ia bermaksud membebaskan Mussolini agar berkuasa kembali di Italia. Untuk itu beberapa perwira pilihan termasuk Skorzeny dipanggil ke markas Hitler di hutan Prussia Timur, yang terkenal dengan sebutan Wolfsschanze (Sarang Serigala). Mereka secara singkat ditanyai satu per satu oleh Fuhrer sendiri, yang dengan cepat menjatuhkan pilihan pada Skorzeny. Ia diperintahkan mencari tahu keberadaan Mussolini dan membebaskannya dari tahanan Italia. 

Pembebasan Mussolini

Skorzeny dan Mussolini

Kisah pembebasan Mussolini oleh Skorzeny sudah banyak ditulis dan diketahui. Singkatnya, begitu diperintah langsung oleh Hitler, Skorzeny langsung membawa 50 anggota Friedenthal ke Roma. Di sana mereka melakukan tugas intelijen, mencari tempat penahanan Mussolini yang selalu berpindah-pindah demi keamanan. Sementara Jenderal Kurt Student dengan pasukan payungnya dari Luftwaffe diam-diam juga berusaha mencari sasaran yang sama di Italia.

Akhirnya awal September tercium bahwa Mussolini disembunyikan di Gran Sasso, tempat peristirahatan di sebuah puncak pegunungan di Italia Tengah. Student merencanakan mengirim satu batalion oasukan payung untuk operasi pembebasan. Skorzeny yang juga berjasa menemukan tempat disimpannya Mussolini, meminta diikutkan dalam operasi prestisius ini.

Student memperbolehkan Skorzeny dan 18 anak buahnya terlibat dalam operasi yang dipimpin seorang perwira pasukan payung. Tanggal 12 September pesawat-pesawat layang pengangkut pasukan diterbangkan dari pangkalan udara dekat Roma. Udara buruk menyebabkan Glider pimpinan operasi hilang arah, dan pesawat Skorzeny serta anak buahnya yang pertama mendarat di lapangan kecil dekat hotel tempat Mussolini ditahan. Aksi komando segera dilancarkan. Dalam tempo singkat, SKorzeny dan anak buahnya berhasil melumpuhkan para pengawal Italia yang menyerah atau kabur. 

Sebuah pesawat intai ringan Fieseler Storch lalu dikirim untuk mengangkut pemimpin fasis itu ke Roma.  Skorzeny memaksa ikut dalam pesawat yang berkapasitas Cuma dua orang termasuk pilot. Dengan pertimbangan teknis dan keamanan, Sang Pilot menolak. Namun Skorzeny mengancam dan mengatakan bahwa ini perintah Hitler sendiri. Dalam situasi yang amat menegangkan mengingat lapangan rumput Gran Sasso cukup kecil , pesawat kecil yang dijejali tiga orang itu meskipun oleng akhirnya dapat terbang di atas jurang-jurang menuju Roma. Dari Roma, mereka ganti pesawat dan Skorzeny sendiri yang mengantar Mussolini bertemu dengan Hitler di Munich.

Sejak itu nama Skorzeny dan pasukan komandonya terangkat dan dimanfaatkan oleh Goebbels untuk bahan propagandanya. Dunia pun digemparkan dan dibuat kagum oleh aksi komando SS Jerman. Perwira dari Austria ini memperoleh Knight’ Cross dari tangan Hitler sendiri, dan pemimpin Nazi ini pun merasa mendapatkan orang yang siap memberinya “kabar baik” dari lapangan.  Sementara itu Jenderal Student dan pasukan payungnya yang juga berjasa dalam operasi tersebut tampak seperti dilupakan, karena Hitler ingin lebih menyanjung pasukan SS bentukannya sendiri.

Menyergap Tito
Setelah berhasil gemilang membebaskan Mussolini, Hitler kini ingin memanfaatkan Skorzeny utnuk membereskan Josip Broz Tito, pemimpin partisan Yugoslavia yang ulet. Perlawanan gerilya Tito selama ini telah mengikat sekitar 700.000 pasukan Jerman di wilayah Balkan, sehingga tidak dapat digunakan di tempat-tempat lain yang memerlukan. 

Dinas rahasia militer Jerman akhirnya mengetahui lokasi markas Tito, yaitu di kota kecil Drvar di wilayah pegunungan Bosnia Barat. Persiapan pengepungan dan penyerangan segera dilakukan. Pasukan Wehrmacht akan mengepung dan pasukan komando Skorzeny dari Batalion Payung SS ke-500 akan didaratkan dengan pesawat layang di sekitar markas Tito. Selanjutnya mereka akan menyerbu gua-gua yang dijadikan markas Tito untuk membunuh atau menangkap para pemimpin gerilya serta penasihat dari Inggris, Rusia, dan Amerika.

Operasi ini dinamakan Knight’s Move atau Gerakan Ksatria ini dilancarkan pada 24 Mei 1944. Namun, Kaum Partisan Yugoslavia dari awal sudah mencium akan adanya aksi ini dengan melihat persiapan pasukan tempur Jerman di lapangan, sehingga mereka pun ekstra waspada. Kewaspadaan ini membuahkan hasil, karena gelombang pertama kedatangan pasukan komando SS langsung mereka sambut dengan hujan peluru. Akibatnya pasukan komando ini pun tersapu habis. Kesempatan ini dipakai Tito untuk meninggalkan markasnya dengan melorot melalui tali. Dalam waktu singkat, ia berhasil diungsikan ke tempat baru yang lebih aman, sementara pasukan payung Skorzeny didaratkan lagi. Pertempuran mati-matian terjadi, namun kaum partisan Yugoslavia setiap kali berhasil menangkis serangan tersebut. Tatkala bantuan pasukan darat Jerman tiba di tempat tersebut, praktis semua satuan komando SS yang diterjunkan ke tempat itu telah tersapu bersih dengan korban tewas 250 orang dan 880 lainnya terluka. Karena itu, tidak mengherankan bila Skorzeny enggan dikait-kaitkan dengan operasi komandonya yang gagal tersebut.

Menggulung pemerintah Hongaria
Ketika angin peperangan mulai berbalik arah dengan terpukulnya Jerman di Front TImud dan terusir dari Rumania dan Bulgaria pada Agustus 1944, Hitler pun was-was akan kemungkinan sekutunya, Hongaria, akan membelot dan berpihak kepada musuh. Firasat Hitler memang terbukti benar karena pemimpin Hongaria, Laksamana Miklos Horthy, diam-diam telah membuka kontak dengan sekutu. Skorzeny kemudian dikirim ke Budapest untuk operasi intelijen dan berhasil memasuki lingkungan dalam pemerintah Horthy. Ketika pasukan Jerman di Budapest ditarik menghadapi Tentara Merah dalam bulan Oktober, diperkirakan Horthy akan bertindak karena ada kevakuman kekuatan Jerman.

Skorzeny mendahului bergerak. Ia memancing putra Horthy ke dalam jebakan, menangkapnya dan menjadikannya sandera agar ayahnya tetap loyal kepada Jerman. Pimpinan militer Jerman kemudian memutuskan untuk menggulingkan Horthy dan menugaskan Jenderal SS, Erich von dem Bach-Zelewski sebagai pelaksananya. Jenderal ini baru saja memadamkan pemberontakan di Warsawa dengan kejam, dan di Budapest pun ia bermaksud memberi pelajaran terhadap orang Hongaria. Untuk itu, ia akan mengerahkan pasukan SS menyerbu Budapest serta menghancurkan Benteng Burgberg dengan mortir raksasa Karl berkaliber 650 mm  yang dipasang di atas kereta api khusus. Namun, Skorzeny berhasil meyakinkan jenderal SS itu bahwa cara lain yang lebih halus dapat diterapkan, tidak perlu dengan hancur-hancuran.

Tanggal 15 Oktober Laksamana Horthy mengumumkan niatnya untuk bernegosiasi dengan Soviet, guna menyelamatkan Hungaria agar tidak menjadi kancah peperangan. Sore hari itu juga, Jerman memulai operasi Panzerfaust. Sementara elemen divisi kavaleri SS bergerak mengepung Burgberg, Skorzeny bersama pasukan komandonya dari Yon Payung SS ke-500 ditambah empat tank berat Tiger II bersiap menyerbu pusat pemerintahan Horthy. Esok paginya, iringan pasukan Skorzeny bergerak menuju Burgberg, dan tank-tanknya dengan mudah menggilas barikade yang dipasang tentara Hungaria. Selanjutnya Skorzeny dan anak buahnya dengan tangkas melumpuhkan pasukan Hungaria di sekitar perbentengan tersebut.

Tembak menembak sengit terjadi di Kementerian Peperangan, dengan beberapa kurban tewas di kedua pihak. Tetapi akhirnya PM Miklos Horthy tertangkap dan pemerintahannya digantikan pemerintahan boneka bentukan Jerman yang akan loyal kepada Berlin. Skorzeny sendiri yang mengawal Horthy ke tempat pengasingannya di Bavaria, Jerman Selatan.

Ke Garis Belakang Amerika
Nama Skorzeny telah melegenda, baik di Jerman maupun di kalangan pihak musuh. Hal ini terutama karena kepandaian propaganda Nazi yang mengeksploitir dan membesar-besarkannya. Hitler sendiri sampai menyebut Skorzeny sebagai “orang yang paling berbahaya di Eropa”. Karena itu, ketika menjelang akhir 1944 dan Jerman mengalami kekalahan di Normandia serta Sekutu bergerak menuju perbatasan Jerman, Hitler bermaksud melancarkan serangan balik yang menentukan. Ia begitu yakin  bahwa serangan ini akan menghancurkan sekutu dan mengusir mereka ke laut lagi sehingga Jerman dapat memusatkan kekuatannya untuk menahan tekanan Tentara Merah di timur.

Serangan balik yang harus memiliki unsur pengejutan ini akan dilancarkan mulai di hutan Ardennes di Belgia. Sebelum para perwira senior Jerman lainnya diberitahu Hitler mengenai rencananya itu, Skorzeny telah dipanggil lebih dulu dan memperoleh tugas memperlancar operasi besar tersebut. Pasukan komando SS dalam jumlah cukup besar harus mampu menyusup ke garis belakang Amerika guna menguasai jembatan, depot bahan bakar dan tempat strategis lainnya. Intinya untuk membukakan pintu bagi kedatangan pasukan Panzer Jerman. Selain itu juga untuk membuat kekacauan di antara pasukan musuh dengan perang urat syaraf termasuk isu untuk membunuh panglima Sekutu Jenderal Eisenhower.

Skorzeny mengerahkan prajurit yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Dari sekitar 200 yang terdaftar hanya 10 orang yang benar-benar dapat dikategorikan bisa menyamar menjadi “GI”, tentara Amerika, karena mereka kelahiran AS. Usahanya untuk membentuk unit tentara Amerika tiruan tidak begitu berhasil, karena selain kurangnya personel yang memenuhi syarat, juga kendaraan dan persenjataan hasil rampasan dari musuh tidak banyak yang dapat ia manfaatkan. Ia hanya diberi dua tank Sherman, 50 jeep, dan 70 truk eks-Amerika. Karena itu, Skorzeny harus mengubah bentuk tank Panther Jerman seolah-olah mirip tank sekutu, yang ia masukkan dalam Brigade Panzer ke-150.

Tatkala serangan besar Jerman mulai dibuka pada 16 Desember, tidak semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Pasukan tanknya terjebak dalam kemacetan kendaraan lainnya. Sekalipun demikian, sejumlah elemen pasukan komandonya berhasil menyusup ke garis belakang Amerika, melakukan sabotase, memindah-mindahkan papan arah lalu lintas, memotong kabel telepon serta memata-matai dan melaporkan gerakan tentara Amerika.

Satuan komando yang  mengenakan seragam pasukan Amerika ini berhasil membuat kekacauan yang berlebihan di antara musuhnya sehingga di kalangan tentara Amerika sendiri timbul saling curiga. Markas besar Eisenhower di dekat Paris langsung dijadikan benteng pertahanan yang superketat karena munculnya pengakuan atau bualan seorang Komando Skorzeny yang tertangkap, bahwa ia ditugaskan ke Paris untuk membunuh Eisenhower.

Dalam ofensif terakhirnya di front Barat itu, Pasukan Jerman berhasil memukul mundur Amerika di Ardennes sampai akhirnya mereka tertahan di Bastogne setelah pasukan tank Jenderal Manteuffel kalah cepat mencapai kota itu dibandingkan bala bantuan Amerika. Dalam pertempuran Ardennes, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap para tawanan Amerika oleh Pasukan SS pimpinan Kolonel Jochen Peiper, yang setelah perang dijatuhi hukuman mati namun akhirnya dibebaskan. Nasib lebih buruk dialami oleh para prajurit komando Skorzeny yang tertangkap mengenakan seragam Amerika. Mereka langsung ditembak di tempat atau dieksekusi setelah diadili secara kilat.

Ofensif Jerman akhirnya gagal setelah cuaca buruk yang semula membantuk mereka berangsur membaik sejak Natal 1944 sehingga pesawat tempur sekutu dapat mengudara kembali untuk ikut menghantam pasukan Jerman. Sisa pasukan komando Skorzeny kemudian bertugas di timur dan berfungsi sebagai satuan infanteri sampai tergilas oleh ofensif Uni Sovyet ke Berlin. Otto Skorzeny sendiri luput dari tangan Rusia dan tertawan sekutu. Amerika berusaha mendakwanya sebagai penjahat perang karena menyuruh anak buahnay mengenakan seragam Amerika, namun kemudian dibebaskan dari dakwaan setelah ada perwira Inggris yang bersaksi bahwa komando sekutu pun ada yang bertempur dalam seragam tentara Jerman. Tahun 1947, Skorzeny berhasil meloloskan diri dari kamp tawanan dan lari ke Argentina. Dari sana ia ikut membantu para tokoh Nazi melarikan diri dari Jerman dan memperoleh identitas baru. Berbeda dengan kebanyakan eks-Nazi lainnya, ia tidak pernah menutup dirinya. Ia malah menulis buku memoir dan memberikan wawancara pers, membesar-besarkan peranan dan prestasinya. Skorzeny kemudian menjadi pengusaha semen dan meninggal dunia tahun 1975 di Madrid.
 
sumber: http://sejarah-militer.blogspot.com

Erwin Rommel, Sang Rubah Gurun

Erwin van Rommel memiliki nama lahir Erwin Johannes Eugen Rommel, merupakan tokoh paling populer yang berada di bawah Hitler. Ia menjadi salah satu orang paling terhormat di jajaran perwira berpangkat fieldmarshals Jerman dan Panglima Korps Afrika Jerman dalam Perang Dunia II. Ia juga dikenal dengan julukan The Desert Fox karena keahliannya di lapangan hingga menjadikan separuh kekuatan AD Jerman berada di Afrika Utara. Selain dikenal sebagai panglima terhormat, Rommel juga dipandang karena bersikap ksatria terhadap musuh yang sudah ditaklukannya.


Rommel lahir di Heidenheim, sekitar 50 km dari Ulm, negara bagian Wurttemberg pada 15 November 1891. Ia merupakan anak kedua dari kepala sekolah Protestan di Aalen. Rommel pernah melukiskan betapa bahagianya masa kecilnya: my early years passed very happily.

Rommel pada usia 14 tahun sudah menunjukkan minatnya terhadap teknologi. Bersama temannya ia membuat pesawat glider. Sempat terbang walau tidak terlalu jauh. Tak heran Rommel muda sebenarnya sangat ingin menjadi insinyur. Namun atas desakan ayahnya, akhirnya ia bergabung ke unit militer lokal 12th Wurttember Infantry Regiment sebagai kadet perwira pada 1910. Tak lama kemudian ia dikirim Sekolah Kadet Perwira di Danzig.

Ketika masa sekolah ini (1911), ia bertemu dengan calon istrinya Lucie Maria Mollin. Mereka menikah tahun 1916. Tahun 1928 mereka punya anak, Manfred, yang kemudian menjadi Mayor di Stuttgart. Rommel mencapai pangkat letnan pada Januari 1912.

Perang Dunia I
Pada Perang Dunia I, Rommel bertugas di Prancis, Rumania, dan Italia. Selama masa perang itu ia sempat terluka tiga kali dan dianugerahi Iron Cross – First and Second Merite, penghargaan yang secara tradisional disiapkan untuk para jenderal. Ia menerima penghargaan ini setelah bertempur di pegunungan di timur laut Italia.

Penghargaan juga diterimanya secara khusus usai Battle of Longarone dan pendudukan Mount Matajur serta kemudian dipertahankannya dengan kekuatan 150 perwira Italia, 7.000 tentara dan 81 senjata artileri. Batalionnya juga memainkan peran penting kemenangan Jerman atas AD Italia dalam Battle of Caporetto.

Usai perang, Rommel menjadi komandan batalion dan instruktur di sekolah Infanteri Dresden dari tahun 1929-1933 dan Akademi Perang Postdam dari 1935-1938. Catatan harian Rommel selama perang di bawah judul Infanterie Greift An (Infantry Attack) diterbitkan pada 1937. Buku ini kemudian menjadi bacaan wajib tentara dan di sekolah-sekolah militer. Hal ini menarik perhatian Hitler yang lantas menempatkannya pada posisi penting di pusat pendidikan Hitler yang bernama Hitler Jugend. Tahun 1938 dengan pangkat kolonel, Rommel menjadi komandan Akademi Perang di Wiener Neustadt. Di sini Rommel mulai meneruskan buku lainnya Infantry Attacks, Panzer Greift An. Tak lama kemudian Rommel dipindahkan ke posisi yang makin dekat dengan Hitler yaitu di komando batalion pengawal pribadi Adolf Hitler (Fuhrer-Begleit-Battalion).

Pada musim gugur 1938, Hitler memilih Rommel masuk ke unit Wehrmacht guna memberikan perlindungan bagi Hitler selama kunjungannya ke daerah jajahan Cekoslovakia. Hanya beberapa saat sebelum invasi ke Polandia, ia dipromosikan sebagai mayor jenderal dan menjadi komandan Fuhrer-Begleitbattalion.
Dua tahun kemudian, 1940, hanya tiga bulan sebelum invasi, Rommel mendapat jabatan baru sebagai komandan 7th Panzer Division yang kemudian mendapat julukan Gespenster-Division atau Ghost Division. Julukan ini muncul gara-gara divisi yang dipimpin Rommel selalu bergerak cepat sangat cepat dan kemudian melakukan serangan tanpa terduga. 7th Panzer Division merupakan salah satu yang pertama kali mencapai English Channel pada 10 Juni dan menguasai pelabuhan utama dari Cherbourg sembilan hari kemudian.

Setelah dipromosikan menjadi komandan 5th Light Division (belakangan direorganisasi menjadi 12st Panzer) dan 15th Panzer Division, Rommel dikirim ke Libya pada awal 1941 untuk menaikkan moral pasukan Italia yang kalah dan membentuk Deutsches Afrika Korps. Pada bulan pertama tahun 1941, Rommel banyak menghabiskan waktunya untuk menata organisasinya dan membenahi unit Italia yang menderita setelah dipukul telak pasukan Persemakmuran Inggris dibawah pimpinan Mayjen Richard O’Connor.

Ketika kembali ke Jerman tahun 1943, Rommel sempat nganggur. Namun ketika perang kembali terjadi, Hitler menempatkannya sebagai komandan Army Group B.  Grup ini bertanggung jawab mempertahankan pantai Prancis dari kemungkinan invasi sekutu.

Setelah masa perangnya di Afrika, Rommel memetik banyak pelajaran. Menurutnya, bahwa setiap serangan sekutu akan tidak mungkin tanpa perkuatan dari keungguluan di udara. Untuk itu ia beralasan bahwa pasukan tank harus dipecah menjadi unit-unit kecil dan bertugas memperkuat posisinya sedekat mungkin ke front yang memungkinkan. Mereka tidak diperbolehkan bergerak menjauh dan segera memulai gerakan ketika invasi dilakukan. Yang dipikirkan Rommel adalah, ia ingin invasi itu berakhir hanya sampai pantai.

Namun komandannya, Gerd von Rundstedt merasa bahwa tidak ada cara untuk menghentikan invasi di dekat pantai. Menurut ia hal itu sama saja dengan memancing AL Inggris untuk mengintensifkan bantuan tembakan kapalnya. Sang komandan berpikir sebaliknya. Ia merasa bahwa pasukan tank harus dibentuk dalam unit-unit besar di dekat Paris dimana mereka seperti memberikan jalan bagi sekutu untuk masuk Prancis. Dan saat itulah, Jerman akan menghabisi sekutu.

Rommel meninggal pada 14 November 1944 dan dikebumikan secara militer penuh. Sebelumnya, Hitler pernah memintanya untuk bunuh diri dengan kapsul sianida. Setelah perang, buku harian Rommel diterbitkan dengan judul The Rommel Papers. Ia merupakan satu-satunya anggota dalam Third Reich yang dibuatkan museumnya sebagai penghargaan terhadap pribadi dan perjalanan hidupnya. 
 
sumber: http://sejarah-militer.blogspot.com

Rabu, 07 Desember 2011

2 Sniper AS vs 1 Kompi Vietcong

Pada Maret 1967, Carlos Hathcock dan Johnny Burke bertugas di Lembah Gajah. Saat itu matahari baru saja terbit ketika mereka mendengar suara berisik dari sebelah kanan tempat persembunyian mereka. Mereka melihat sekitar 80 prajurit Vietnam Utara (1 Kompi) muncul dari arah sungai Ca De Song. Jarak itu hampir 1.000 m dari tempat persembunyian mereka. Prajurit Vietnam utara berjalan santai menuju tanggul yang terbentang di persawahan luas di depan mereka.
Dari penampilan dan sikap para prajurit Vietnam Utara itu menunjukan bahwa mereka pasukan baru yang tidak punya pengalaman tempur sama sekali. Seragam mereka pun baru, bahkan kedua perwiranya pun sama sekali tak berusaha menyuruh prajurit bersembunyi agar tidak berisik.
Carlos Hathcock
Saat itu merupakan situasi yang sangat ideal bagi seorang sniper. Medan yang luas rata, tidak ada angin, kabut ataupun uap panas (mirage) yang mengganggu penglihatan. Setelah pasukan mencapai jarak 700 m dari kedua sniper AS, Carlos memerintahkan Jhonny menembak prajurit yang terakhir dan ia sendiri menembak si komandan di depan. Kedua tembakan ini membuat prajurit panik dan lari berlindung di belakang tanggul sawah yang tingginya kira-kira 60 cm.
Johnny Burke
Keduanya segera menembak beberapa prajurit yang mencoba melongokkan kepala untuk mencari asal tembakan. Hal ini membuat para perwira yang tersisa, panik dan berbalik lari kembali kearah sungai dan Carlos pun menghabisinya.
Tanpa pimpinan, tanpa senapan mesin, tanpa radio dan tidak tau apa yang harus dilakukan atau diperbuat. Prajurit Vietnam utara ini terjepit. Setiap ada diantara mereka yang mencoba mengeluarkan kepala dari balik tanggul, langsung tertembak mati.
Di radio, Carlos menolak pengiriman pasukan bantuan marinir untuk menghabisi mereka. Karena menurutnya hanya akan mengakibatkan pertempuran yang baru dan jatuhnya korban dari pihak marinir. “saya kira kami berdua pun mampu menahannya mereka disana selama kami mau.” tukasnya.
Waktu malam tiba, altileri terus menerus menerangi medan pertempuran dengan tembakkan lampu suar (flare) Carlos dan Johnny secara bergantian berjaga dan terus berpindah ke posisi agar musuh tidak dapat menembak mereka dan mencegah pasukan musuh lolos.
Keesokan harinya sekitar jam 10 pagi, delapan prajurit yang masih tersisa menyerbu deretan pepohonan dimana kedua Marinir ini bersembunyi (jarak kira-kira 600 m) hanya satu orang yang berhasil kembali ketanggul. Pada malam kedua, kabut turun menyelubungi sawah tersebut. Saat itu jumlah pasukan Vietnam Utara tinggal 65 orang.
Sayangnya kesempatan baik untuk meloloskan diri ini disia-siakan oleh pasukan Vietnam Utara. Keesokan harinya lima tentara Vietnam Utara yang nekat menyerbu deretan pepohonan tempat kedua sniper tersebut bersembunyi sambil memberondongkan AK-47. Kelima prajurit ini tidak pernah mencapai lebih dari 100 m dari tempat mereka semula (tewas).
Carlos dan Johnny selalu berpindah posisi. Bukan hanya untuk membingungkan lawan tapi juga untuk menghindar dari sengatan bau bangkai yang tak termuntahkan. Ketika para musuh ramai memberondongkan posisi tembak mereka sebelumnya, Carlos dan Johnny dengan tenang menembak dua-tiga orang dari posisi yang baru. Sore berikutnya sekitar 10 prajurit nekad berlari kearah sungai. Sekali lagi semuanya tewas.
Dihari ke empat siang dan malam peristiwa yang sama berulang. Setiap mereka berusaha lari, mereka langsung ditembak. Pada hari kelima hanya lima sampai enam orang saja yang tersisa dari 80 orang. Mereka sudah sakit dan hampir mati kelelahan. Bau bangkai sudah dapat tercium dari jarak beberapa kilometer. Karena kedua marinir pun sudah sangat lelah, kehabisan peluru, makanan dan air, akhirnya mereka meminta bantuan tembakan untuk menghabisi sisa pasukan musuh.
Diakhir cerita hanya seorang sersan bagian perbekalan yang masih hidup. Ia pada mulanya tak percaya kalau pasukannya dihabisi hanya oleh dua orang. Baru setelah mengetahui bahwa lawannya adalah Sniper, ia langsung yakin dan percaya.
Sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=21844

3 Strategi Perang China

Negara China mempunyai sejarah yang panjang dalam hal peperangan antar kerajaannya. Sehingga banyak orang pintar yang menjadi penasehat perang atau para jendral harus mengadu strategi untuk memenangkan sebuah peperangan. Di antaranya yang paling terkenal adalah Sun Tzu, Sun Bing, Qin Shi Huang, Liu Bang, Cao-Cao, Zhuge Liang , dll. Nah tulisan kali ini kita hanya akan membahas 3 strategi perang China jaman dulu yang dikembangkan dan dipraktekkan di jaman modern ini terutama di Indonesia. Kenapa cuma tiga ? Karena ada ribuan atau mungkin ratusan ribu strategi perang yang mereka terapkan jaman dulu yang tidak mungkin kita bahas satu persatu. Nah apa-apa saja strategi perangnya itu ? Mari kita bahas satu persatu.
1. Untuk menaklukan dunia saya tidak perlu memiliki seribu pasukan tetapi saya hanya butuh satu anak perempuan yang paling cantik di negeri ini. (Sun Tzu)
Maksud dari tulisan ini adalah :
Pada jaman dahulu di negeri China seorang Kaisar dapat memiliki selir hingga mencapai 200 orang. Bagi yang memiliki anak perempuan yang cantik dapat di ajukan ke Kaisar untuk dipersunting sebagai selir. Nah kalau kita memiliki seorang anak perempuan yang cantik bahkan paling cantik di negeri itu maka otomatis pasti akan dijadikan selir oleh Kaisar. Dan dengan menjadi yang tercantik dari semua selir yang di miliki Kaisar maka tentunya akan menjadi selir kesayangan Kaisar yang mana akan dipenuhi semua permintaannya oleh Kaisar. Jadi dengan begitu kita bisa memerintah kerajaan melalui sang anak.
Jadi inti dari seni perang ini adalah mempergunakan daya tarik wanita atau di negeri China dikenal dengan strategi " JEBAKAN WANITA CANTIK "
Bagaimana hal ini dipraktekan di jaman modern ?
Teori ini dikembangkan dengan baik di bidang pemasaran dan politik. Kita bisa lihat bagaimana tenaga-tenaga wanita dijadikan Sales Promotion Girls untuk menarik pembeli atau pengunjung suatu event dan bagaimana tenaga wanita juga dijadikan Lady Escourt yang kerjanya melakukan lobby kepada klien guna memenangkan sebuah tender. Selain dari pada itu kita juga mendengar wanita dimanfaatkan untuk menghancurkan karir seseorang dengan memakai jasa mereka sebagai pembuat scandal kepada lawan bisnis atau politik.
2. Setelah sampai didaerah musuh bakar kapal dan buang persediaan makan. (Xiang Yu)
Maksud dari teori ini adalah :
Ketika seorang Jendral kejam yang bernama Xiang Yu ingin memaksa anak buahnya berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan maka cara yang ditempuhnya adalah dengan mengancam kelangsungan hidup dari para tentaranya dengan membakar kapal untuk mereka pulang serta membuang semua perbekalan untuk makan mereka. Sehingga kalau mereka tetap ingin hidup jalan satu-satunya adalah memenangkan perang. Karena kalau mereka dapat memenangkan peperangan berarti mereka dapat merampas semua kebutuhan yang mereka butuhkan dari pihak musuh yang kalah.
Di jaman modern strategi ini dipraktekan di bidang perdagangan atau lebih tepatnya di bidang Ketenaga kerjaan. Cara yang dilakukan pengusaha atau perusahaan adalah dengan memberikan gaji yang kecil dan pas-pasan kepada karyawan agar mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan baru bisa mencukupi kebutuhan mereka kalau mereka mencapai target yang ditentukan perusahaan dengan imbalan bonus dari pencapaian target. Jadi dengan gaji yang pas-pasan atau malah kurang, maka tanpa disuruhpun para pegawai mereka akan bekerja mati-matian untuk mencapai target yang ditentukan agar menerima bonus yang dijanjikan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
3. Tempat yang paling aman adalah tempat yang paling berbahaya. ( Sam Kok )
Apa maksud dari tulisan diatas ?
Maksudnya adalah ketika melakukan pencurian di istana kaisar maka tempat yang paling aman bersembunyi adalah di istana itu sendiri. Kenapa ??? Karena kebiasaan orang mencuri di istana kaisar pasti sudah lari terbirit-birit dengan memakai jurus langkah sejuta. Karena kalau ketahuan mencuri akan langsung di hukum pancung atau disiksa sampai mati . Maka dengan tetap di istana bahkan berteriak maling dan ikut serta dalam pencarian pencuri itu maka pasti orang tidak akan menyangka bahwa dialah yang melakukan pencurian karena semua orang tidak akan mempuyai nyali seperti itu.
Dijaman sekarang ini strategi perang ini malah lebih sering kita temukan di Indonesia. Para pejabat atau pemilik kekuasaan yang melakukan korupsi akan lebih dulu teriak maling kepada orang lain dan bertindak seakan-akan ingin memberantas korupsi agar orang menyangka dirinya bersih dari korupsi. Orang sudah pasti akan berpaling kepada orang yang diteriakan dari pada kepada dirinya yang pura-pura bersih bahkan orang akan mendukungnya atas usahanya memberantas korupsi padahal dialah biang dari korupsi itu.
Dari tulisan diatas kita dapat melihat bahwa strategi perang China jaman dahulu tersebut telah dimodif sedemikian rupa agar dapat dipergunakan di abad modern ini . Tetapi yang sangat disayangkan mereka menggunakannya untuk kepentingan dan keperluan yang negatif.
Sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=23203

Duel Sniper Legendaris PD II Di Uni Sovyet

Pertarungan dua sniper legendaris tanpa bumbu percintaan.

Risau oleh kampanye “sniperisme” Rusia, Jerman menjawab: membuat propaganda tandingan. Jerman langsung menerbangkan supersniper dari Berlin untuk menghabisi Vassily dan menetralisir sniper-sniper Rusia. Dari salah seorang tawanan Jerman, Rusia mendapatkan informasi bahwa tak lama lagi Vassily akan dihabisi oleh supersniper itu.

Hingga kini, tidak ada kepastian siapa sebenarnya supersniper Jerman itu. William Craig dalam Enemy at the Gates menulis, sniper Jerman itu adalah Mayor Konings. Sedangkan Alan Clark, penulis Barbarossa, punya pendapat lain: supersniper Jerman itu adalah kepala sekolah di sebuah sekolah sniper di Zossen, Standartenfuehrer SS Heinz Thorwald (banyak orang menuliskan namanya Heinz Thorvald). Vassily sendiri dalam memoarnya hanya menulis: ketika kami mengangkat jasadnya dari lubang perlindungan, kami menemukan bahwa dia kepala sebuah sekolah sniper di Berlin.

Terlepas dari perdebatan, supersniper itu langsung membuktikan kedigdayaannya. Sehari setelah kedatangannya ke Stalingrad (kini Volgograd), dia sudah menghabiskan dua sniper Rusia. “Tuan rumah” geram dibuatnya. Vassily tertantang. Duel bersejarah antara dua sniper jempolan pun segera dimulai.

Tak seperti supersniper Jerman yang berduel seorang diri, Vassily ditemani seorang spotter, Nikolay Kulikov. Vassily juga tak mengenakan helm tentara. Ia malah memakai topi keberuntungannya untuk berkamuflase.

Awalnya Vassily bingung di mana keberadaan supersniper Jerman itu. “Vassily tahu kebiasaan-kebiasaan sniper Jerman; tapi dia kesulitan membedakan tembakan musuh hanya dari cara menembak dan kamuflasenya,” tulis voc.ru.com. Vassily juga paham, mana sniper yang pengecut dan mana yang “jantan”. Tapi karakter musuh barunya tetap masih misterius bagi Vassily.

Supersniper Jerman itu membuka “game”. Dia coba mengelabui Vassily dengan membuat tipuan: menaruh helm di atas sekop. Tapi Vassily terlalu cerdas untuk dikelabui dengan trik “bocah” seperti itu. Hari pertama berakhir dengan usaha saling mengelabui.

Di hari kedua, supersniper Jerman menunggu kesempatan emas. Dia bersembunyi di reruntuhan bangunan. Sementara itu, di parit perlindungannya, Vassily terus mengamati tiap sudut wilayah musuh dengan teropongnya. Dia dan spotter-nya mempelajari tiap detil tanah, mencatat tiap jalan yang ada, reruntuhan bangunan, dan rongsokan-rongsokan mobil yang semuanya bisa dijadikan tempat berlindung oleh musuh. Mereka juga mempelajari teropong senapan temannya yang patah dan bagaimana dua teman snipernya tewas oleh supersniper itu.

Pandangan Vassily lalu tertuju pada sebuah lempeng baja di pojok sebuah rumah yang dilindungi tumpukan batu. Itu merupakan sebuah lubang perlindungan ideal untuk seorang sniper, pikir Vassily. Kebetulan tak lama berselang Komisar Danilov sengaja datang untuk melihat langsung pertempuran dua sniper itu. Danilov juga ikut Vassily dan Nikolay memeriksa tempat dua sniper Rusia tertembak. Tapi Danilov ceroboh, dia langsung terpancing dan berteriak ketika melihat sebuah helm Jerman yang sebenarnya merupakan tipuan supersniper. Danilov tersungkur oleh peluru supersniper. Tapi dia sengaja tak dibunuh, supersniper hanya ingin mengetahui posisi Vassily.

Sebaliknya, suara tembakan supersniper itu menjadi petunjuk berharga bagi Vassily. Dia tahu dari mana arah datangnya tembakan. Vassily dan Nikolay lalu merangkak maju ke sebuah tempat perlindungan baru yang bisa menjangkau supersniper. Malang, sinar matahari tepat jatuh ke arahnya. Mereka terpaksa menunggu hingga situasi benar-benar menguntungkan.

Meski tahu persembunyian supersniper, Vassily masih bingung letak persisnya. Dia lalu membuat satu jebakan: dia tampakkan sebuah tongkat yang di atasnya dia taruh sarung tangan, dari parit perlindungannya. Supersniper terjebak, menembaknya. Vassily kini tahu persis di mana super sniper bersembunyi: di bawah lempeng baja yang sejak tadi dia curigai.

Hari keempat, Nikolay membuat jebakan dengan sebuah tembakan untuk menarik perhatian tapi tak berhasil. Justru supersniper yang berhasil menembaknya karena kecerobohan Nikolay menampakkan helmnya di parit perlindungan. Supersniper mengira korbannya adalah Vassily. Dia langsung keluar dari lubang perlindungan. Hampir bersamaan, Vassily, yang melihat kepala supersniper, langsung menarik pelatuk Mossin Nagant M1891/1930 miliknya: pelurunya langsung menyasar kening supersniper. Mission accomplish!

Sumber: http://www.majalah-historia.com

Armada Penakluk Lautan di Era Kejayaan Islam



Ilmu astronomi berkembang seiring dengan kebutuhan penjelajahan kaum Muslim ke berbagai belahan dunia. Pasalnya, astronomi bermanfaat untuk navigasi dalam upaya menjangkau negerinegeri yang jauh dari wilayah kekuasaan Islam. Dengan demikian, astronomi membantu mengembangkan misi dakwah Islam, juga memperkuat perkembangan ilmu pengetahuan umat. Dalam proses menggapai dua misi itu, tak jarang umat Islam harus berhadapan dengan pasukan musuh yang menghadang.

Maka dibutuhkan pasukan perang yang kuat dengan bekal pengetahuan perbintangan yang mumpuni. Dalam satu dekade sejak penaklukan Mesir, umat Islam berhadapan dengan Byzantium (Kekaisaran Romawi). Dalam persaingan itu, umat Islam berhasil menguasai Laut Tengah bagian timur, yakni Cyprus sekitar tahun 30 H (649 M), dan Rhodes pada tahun 52 H (672 M).

Pada saat itu, Kekaisaran Romawi memiliki armada angkatan laut yang hebat dan kuat di Laut Tengah. Mereka menjadi salah satu kekuatan militer terkuat di dunia pada zamannya. Maka, umat Muslim berpikir bagaimana cara melawan angkatan laut yang tak terkalahkan itu. Sejak saat itulah dibentuk armada angkatan laut Muslim. Di sini navigasi diperlukan untuk menuntun arah hingga ke tempat-tempat yang mereka tuju.

Kaum Muslim berkeyakinan, makin teliti seorang navigator dalam menentukan posisinya di tengah laut, berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau bintang, makin tinggi pula akurasi perhitungan waktu dan tempat yang dituju. Dengan demikian, persiapan logistik selama perjalanan pun dapat dilakukan secara lebih matang.

Ada kaidah berbunyi Ma laa yatimmul waajib illaa bihi, fahuwa wajib (apa yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib pula). Kaidah ini menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyiapkan peperangan melawan Kaisar Romawi ketika itu.

Mereka mulai mempelajari teknik perkapalan, navigasi dengan astronomi maupun kompas, dan mesiu. "Bangsa Arab sangat cepat menanggapi kebutuhan akan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mempersatukan daerah kekuasaannya," jelas Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya Islamic Technology: An Illustrated History.

Selama era kekuasaan Bani Ummayah, Khalifah Mu'awiyah (602M-680M) berusaha memulihkan kembali kesatuan wilayah Islam. Setelah berhasil mengamankan situasi dalam negeri, Mu'awiyah segera mengerahkan pasukan untuk perluasan wilayah kekuasaan.

Penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya. Gubernur Mesir kala itu, Amr Ibnu Ash, merasa terganggu oleh kekuasaan Romawi di Afrika Utara. Karenanya, Amr Ibnu Ash mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jenderal Uqbah untuk menaklukkan wilayah Afrika Utara itu.

Pasukan Uqbah akhirnya berhasil menguasai Kairowan hingga ke bagian selatan wilayah Tunisia. Khalifah Mu'awiyah kemudian membangun benteng untuk melindungi kota Kairowan dari serangan pasukan Berber dan menjadikan kota Kairowan sebagai ibukota propinsi Afrika Utara.

Mu'awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Syria, ketika kekhalifahan Islam dipimpin oleh khalifah rasyidah ketiga, Ustman bin Affan. Selama itu pula Mu'awiyah telah memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar Asia Kecil.

Dengan penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) dan Spanyol (705-715 M), kirakira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut Tengah menjelma sebagai yang terkuat dan tak terkalahkan hingga dua abad berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211 H (837 M). Angkatan laut tersebut hingga masuk ke wilayah pantai Italia dan Prancis Selatan.

Armada Laut Turki Ustmani

Berselang beberapa abad kemudian, Kesultanan Ustmani (Ottoman) juga mampu mengalahkan kekuatan Kaisar Romawi. Mereka berhasil menundukkan Konstantinopel (ibu kota Kekaisaran Byzantium) pada tahun 1453. Sejak itu, pemerintahan Ustmani mulai mengembangkan Istanbul (kota Islam) menjadi pusat pelayaran.

Bahkan, Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia juga mengangkat komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang persenjataan laut.

Kesultanan Ustmani juga membuat sebuah kapal di Gallipoli Maritime Arsenal. Dengan komando Gedik Ahmed Pasha (tahun 1480 M), Kesultanan Ustmani memperkokoh basis kekuatan lautnya di Istanbul. Maka tak heran, jika marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.

Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512 M-1520 M), Kesultanan Turki Ustmani memodifikasi pusat persenjataan maritim di Istanbul. Salim I berambisi menciptakan negara yang kuat, tangguh di darat dan laut. Ia bertekad memiliki angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan.

Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Cafer. Pembangunan dan perluasan ini rampung pada tahun 1515 M. Proyek besar ini menyedot dana hingga sekitar 50 ribu koin.

Selain mengembangkan pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan Salim I juga memerintahkan membuat beberapa kapal laut berukuran besar. Selang beberapa tahun kemudian, sebanyak 150 unit kapal selesai dibuat. Dengan kekuatan yang dahsyat itu, Sultan Salim I pernah mengatakan, "Jika Scorpions (pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena toleransi kami."

Dengan memiliki armada kapal laut terbesar di dunia pada abad ke-16 M, Turki Ustmani telah menguasai Laut Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Tak heran, bila kemudian Turki Ustmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut. Ambisi Sultan Salim I menguasai Lautan akhirnya tercapai.

Bahkan, sekembalinya Sultan Salim I dari Mesir, ia berpikir kembali akan pentingnya membangun kekuatan di lautan yang lebih kuat. Sebelumnya, kekuasaan Ustmani Turki telah menguasai pelabuhan penting di Timur Mediterania, seperti Syiria dan Mesir. Gagasan Sultan Salim I ini terus dikembangkan oleh sultan-sultan berikutnya. Berkat kehebatannya, Turki Ustmani sempat menjadi adikuasa yang disegani bangsa-bangsa di dunia, baik di darat maupun di laut.

Mengenal Tipe Kapal Perang

Seiring berkembangnya teknologi navigasi, teknologi perkapalan pun berkembang pesat di dunia Islam. Teknologi perkapalan merupakan kekuatan industri dunia terbesar di abad pertengahan. Ketika itu, umat Islam memiliki begitu banyak pelabuhan yang ramai dan padat.

Dan di sepanjang daerah pantai kota-kota Islam banyak berdiri pusat-pusat pembuatan dan perakitan kapal. Setiap negeri Muslim menciptakan kapal dengan model dan jenis yang berbeda-beda. Selain membuat kapal untuk tujuan berniaga, pada era itu umat Islam juga gencar membuat kapal-kapal perang.

Kapal perang dibangun untuk memperkokoh pertahanan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan. Sehingga, ketika itu kekhalifahan Islam tak hanya tangguh di darat, namun juga kuat di lautan. Begitu sulit untuk dikalahkan. Kapal perang didesain lebih ramping dan dikendalikan dengan layar atau dayung. Sedangkan, kapal niaga dibangun dengan cukup lebar.

Rancangan seperti itu sengaja dibuat agar kapal dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak. Pada masa itu, kapal perang yang paling besar sanggup menampung sekitar 1.500 pasukan. Sedangkan kapal dagang yang besar mampu menampung 1.000 ton barang.

Menurut Al-Hasan dan Hill, pada mulanya kapal-kapal perang tersebut dibuat di Mesir dan Syria oleh para ahli pembuat kapal nomor wahid. Konstruksi kapal dibuat sama dengan kapal-kapal yang dibuat oleh angkatan laut Byzantium. "Para kelasi direkrut dari penduduk setempat, tetapi para tentara yang membawahi mereka adalah orang-orang Arab," jelas Al-Hassan dan Hill.

Seiring berjalannya waktu, dunia perkapalan semakin maju. Bahkan pembuatan kapal serta perlengkapan angkatan laut secara keseluruhan menjadi mata usaha orang-orang Islam kala itu. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi ahli dalam kedua cabang keahlian yang berkaitan dengan kelautan itu. Mereka tercatat membuat beberapa kemajuan penting. Kapal-kapal yang besar mampu mereka hasilkan. Bahkan mereka merancang kapal perang besar seperti shini, kapal besar (galley) yang digerakkan dengan 143 dayung.

Pada tahun 326 H (972 M), papar Al-Hasan dan Hill, Khalifah Mu'izz Din Allah dari Dinasti Fathimiyyah menjadi pimpinan pembuatan 600 kapal di galangan kapal Maqs di Mesir. Salah satu kapal besar lainnya tipe buttasa, sebuah kapal layar yang dapat menopang sebanyak 40 layar. "Salah satu kapal jenis ini membuat rekor dengan kemampuannya memuat 1.500 orang termasuk awak dan tentara," ungkap Al-Hasaan dan Hill.

Adapun jenis kapal lainnya adalah ghurab (secara harafiah berarti gagak). Dinamai demikian mungkin berdasarkan bentuk haluan kapal tersebut. Jenis lainnya adalah kapal shallandi, kapal dengan dek lebar yang digunakan untuk membawa muatan. Dua nama kapal tersebut sampai ke Eropa, bahkan masuk ke dalam kosakata bahasa Eropa dan berubah menjadi corvett dan challand.

Kaum Muslim juga mampu membuat kapal jenis qurqura (bahasa Latinnya berburu), yakni kapal Cyprus yang besar untuk membawa kebutuhan armada. Mereka juga menciptakan beberapa kapal kecil yang dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kapal untuk suplai barang dan senjata, kapal untuk komunikasi dari kapal ke pantai, kapal pengintai, dan kapal untuk pengeran dan penangkapan musuh. "Kebanyakan kapal itu didayung, tetapi shubbak (perahu nelayan Laut Tengah) selain mempunyai dayung-dayung dilengkapi pula dengan sejumlah layar," kata Al-Hassan dan Hill.

Jenis kapal yang lebih besar bisa digunakan untuk membawa penembak misi dan mesin-mesin untuk melepaskan bahan peledak dan juga untuk membawa para awak kapal yang terampil. Ketika teknologi perkapalan belum canggih, pertempuran laut berlangsung dalam jarak jauh. Namun dalam perkembangannya, semua kapal dilengkapi jepitan besi untuk merapatkan pinggiran lambung kapal musuh, sehingga banyak pertempuran pada akhirnya ditentukan oleh perkelahian berhadap-hadapan antara para awak dan pelaut yang sedang bertempur.
sumber: http://warofweekly.blogspot.com